Jumat, 13 Februari 2015

[Book Review] City Of Heavenly Fire

Judul: City Of Heavenly Fire (The Mortal Instruments #6)
Penulis: Cassandra Clare
Penerjemah: Meda Satrio
Penerbit: Fantasious
Tebal:
Cetakan I, Januari 2015

WARNING!! SPOILER FOR THOSE WHO HAVEN'T READ THE 5 FIRST BOOKS AND CLOCKWORK PRINCESS.

Review for Clockwork Princess
Review for City of Bones
Review for City of Ashes
Review for City of Glass
Review for City of Fallen Angels
Review for City of Lost Souls

Dalam kisah penutup yang memukau dan sudah lama dinanti untuk seri Mortal Instruments ini, Clary dan teman-temannya memerangi kejahatan terdahsyat yang pernah mereka hadapi: kakak Clary sendiri.

SEBASTIAN MORGENSTERN menjalankan rencana kejinya, secara sistematis dia membuat Pemburu Bayangan berbalik menyerang Pemburu Bayangan. Dengan Piala Infernal, dia mengubah Pemburu Bayangan menjadi makhluk-makhluk mengerikan, mencerai-beraikan keluarga dan kekasih, sementara barisan pasukan Yang Tergelapkan-nya membengkak.

Kaum Pemburu Bayangan yang digempur serangan mundur ke Idris—tetapi, bahkan menara-menara iblis Alicante yang masyhur itu tidak mampu mengadang Sebastian. Dan dengan para Nephilim terkurung di Idris, siapa yang akan menjaga dunia dari iblis-iblis?

Ketika salah satu pengkhianatan terbesar yang pernah diketahui kaum Nephilim terbongkar, Clary, Jace, Isabelle, Simon, dan Alec harus melarikan diri—walaupun perjalanan itu membawa mereka jauh ke dalam alam iblis, tempat tak satu pun Pemburu Bayangan pernah menjejakkan kaki, dan tak satu pun manusia pernah kembali dari sana….



~~~


Berbagai institut di serang oleh pasukan Sebastian. Institut itu adalah Institut di Bangkok, Buenos Aires, Oslo, Berlin, Moskow, Los Angeles. Tidak ada yang selamat, kecuali serangan terakhir yang menyerang Institut Los Angeles. Mereka yang selamat adalah anak-anak, termasuk Julian Blackthorn dan Emma Carstairs berlindung ke Idris. 
"Pemburu bayangan tidak bertempur melawan Pemburu Bayangan,"
"Penghujatan adalah prinsip Sebastian Morgenstern. Ayahnya dulu ingin membersihkan dunia ini dari Penghuni Dunia Bawah. Sebastian menginginkan sesuatu yang lain. Dia ingin Nephilim menyusut menjadi abu, dan dia ingin memanfaatkan Nephilim untuk melaksanakannya."  
Sebastian mencerai-beraikan keluarga dan kekasih dengan mengubah mereka menjadi Yang Tergelapkan dengan Piala Infernalnya. Jika Valentine ingin Penghuni Dunia Bawah musnah, kini Sebastian menginginkan Nephilim musnah dan membuat Nephilim bertempur balik kepada Nephilim. Baik Kunci maupun Saudara Hening dan Warlock, bersama-sama mencari penawarnya.

Disisi lain, Jace telah terpisah dari ikatan Sebastian di buku kelimanya dengan pedang Glorious. Akan tetapi, dia memiliki api surgawi dalam pembuluh darahnya. Saudara Hening pun belum berhasil memisahkan pembuluh darah Jace dari api surgawi. Setelah mendengar berita serangan berbagai institut, Nephilim yang berada di Institut harus berlindung ke Idris termasuk New York. Sehingga Clary, Jace, Simon, dan Isabelle serta orang tuanya harus datang ke Idris juga untuk berlindung. 

Bagaimana dengan Simon? Dia punya pengawal, Jordan yang bertugas untuk melindunginya. Akan tetapi, sesuatu terjadi dan Jordan memberitahu Maia ada sesuatu yang terjadi di Praetor Lupus. Mereka langsung bergegas ke sana dan mendapatinya diluar dugaan. Disamping itu, para kawanan ribut soal pemimpin kawanan. 

Berhasilkah mereka mengembalikan Yang Tergelapkan menjadi Nephilim lagi? Mampukah mereka menghentikan tindakan keji Sebastian? Apa yang terjadi dengan Praetor Lupus?

"..... raih kembali kehormatan keluargamu."
"Nama Morgenstern tidak terkutuk, Clary. Itu nama pemburu bayangan yang mulia, yang sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu. Bintang Fajar." 

Dimulailah petualangan Clary dan kawan-kawannya untuk menghentikan upaya Sebastian ini. Clary juga terpanggil untuk meraih kehormatan keluarga Morgenstern yang telah ternoda oleh Ayahnya dan Kakaknya. petualangan ini pun SERU! Untung aku tidak menunda untuk membaca ini memang, kira-kira seminggu aku baru menyelesaikan novel ini. Lama ya? Iya karena kehalang tugas-tugas sekolah. Dengan novel setebal 658 halaman ini, tidak membuatku bosan malahan membuatku tidak bisa berhenti membaca. Ketika ingin berhenti pun tidak bisa karena penasaran dengan ceritanya. 

Karakter Clary juga sudah berkembang. Dahulu dia masih lemah sekarang dia sudah bisa bertempur. Aku salut akan hal ini. Dan juga karakternya Maia aku sangat suka banget dengan jalan pikirannya. Aku tidak akan menjelaskan mengapa aku suka jalan berpikirnya Maia karena aku akan spoiler nantinya, hehe. Tentu saja, buku ini juga berhasil membuatku tertawa dengan humornya Jace. Dalam buku sebelumnya, aku memang tidak terlalu menyukai Alec (aku lupa kenapa heheh) tetapi, keibaanku muncul karenanya. Ia sangat peduli dengan parabatainya, saking pedulinya dia tidak membiarkan Jace berkeliaran sendirian. Aku juga sangat menyukai aksi Alec dibuku ini. Wuihh jagonya!!! Aku yang tadinya tidak suka dengan Raphael menjadi suka dengannya. Alasannya tidak akan aku jelaskan karena akan spoiler juga, hehehe. Makanya lebih baik kalian baca. 


Tokoh-tokohnya tidak hanya Clary dkk melulu, seperti yang kuceritakan diawal review tadi, memang ada tokoh baru. Yang paling utama adalah aku sangat sangat sangat menyukai karakter Emma! Gadis ini memang sangat berani, padahal umurnya baru 12 tahun, loh dibuku ini. Karakter Julian yang sangat peduli dengan adik-adiknya dan Emma. Nah, karakter ini akan muncul di seri terbaru The Dark Artifices yang menceritakan 5 tahun setelah kejadian buku terakhir The Mortal Instruments ini. Kemunculan mereka di TMI ini malah membuatku sangat tidak sabar untuk membaca seri The Dark Artifices.

Okay, aku kebanyakan ngomong tentang karakter, sekarang ke ceritanya. Memang benar, kok buku ini memang berhasil membuatku tidak dapat berhenti ketika membacanya. Plot-plotnya juga hebat! Ada twistnya, pula. Khas Cassandra tuh hehe. Akhir ceritanya sangat heartbreaking dan menguras emosi. Pertanyaan kalian tentang Magnus pun juga ada yang terjawab dibuku ini. Dengan buku ini, aku bisa mengetahui memang ada hubungannya dengan ending Clockwork Princess. Banyak adengan favoritku disini, termasuk adengan Alec, Isabelle, dan Simon. Pokoknya lucu, membuatku tertawa. Omong-omong, banyak kutipan-kutipan yang menarik disini termasuk ini:
"Pahlawan bukan selalu pihak yang menang," katanya. "Mereka pihak yang kalah, kadang-kadang. Tapi mereka terus berjuang, mereka terus kembali. Mereka tidak menyerah. itulah yang menjadikan mereka pahlawan."
"Ada kenangan-kenangan yang tidak bisa dihapus oleh waktu. Tanyakan kepada temanmu Magnus Bane, jika kau tidak percaya kepadaku. Waktu selamanya pun tidak membuat kehilangan terlupakan, hanya menjadi tertahankan.

Hanya saja, ketika membaca buku ini, mataku agak lelah karena ukuran fontnya yang kecil. Aku paham penerbit ingin harga buku ini tetap terjangkau. Lain kali, jangan terlalu kecil ya. Akan tetapi, dengan ukuran font yang kecil, tidak membuatku menurunkan rating akan buku ini.

Rating:
5/5

Kisah penutup The Mortal Instruments yang hebat! I miss shadowhunter's world already! Ga sabar untuk membaca seri Cassandra Clare yang lain, The Last Hour dan The Dark Artifices. Dear penerbit, seri itu diterbitkan juga, ya :D

Picture Source: here here here

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...