Jumat, 19 Desember 2014

[Book Review] The Maze Runner

The Maze Runner (The Maze Runner #1)
Penulis: James Dashner
Penerjemah: Yunita Candra
Penerbit: Mizan Fantasi
Tebal: 532 halaman
Cetakan I, November 2011

Setiap hari mereka harus berlari. Menyusuri lorong Maze yang berkelok-kelok di luar dinding Glade, tempat mereka tinggal, hingga senja tiba. Dan, ketika kegelapan turun, para pelari harus sudah ada di dalam Glade. Ya, pada saat itulah Griever, monster buas dan ganas, tak segan menerkam siapa saja yang masih berkeliaran di dalam Maze.

Mereka bukan sekadar berlari. Itu cara mereka bertahan hidup. Dengan berlari, mereka berharap menemukan jalan keluar dari tempat terkutuk itu. Keluar untuk kembali pulang menjumpai keluarga mereka. Namun, lintasan Maze selalu berubah dari hari ke hari. Rasanya, mustahil bisa keluar dari tempat itu.

Suatu hari pintu batu pelindung mereka tak lagi turun menutup. Griever-griever itu bisa menyeruduk masuk kapan saja. Setiap hari, satu anak dibawa pergi dan lenyap. Satu-satunya jalan adalah bergegas keluar dari tempat itu. Namun, mereka harus melewati Maze yang membingungkan dengan sejumlah monster mengerikan di sana. Beranikah para pelari berlari keluar dengan nyawa sebagai taruhannya? Atau, akankah justru lebih baik tetap berada di dalam menanti pencabut nyawa sambil berharap mujikzat datang tiba-tiba?



~~~

Bayangkan jika kalian terbangun dan mendapati diri kalian ditempat yang asing dan tanpa ingatan apapun termasuk keluarga, teman dekat kalian sendiri.

Itulah yang terjadi pada Thomas, dia mendapati dirinya di kotak yang melaju seperti lift dan tidak ingat apapun kecuali namanya. Ketika dibuka, ia dikelilingi oleh anak-anak laki-laki, semuanya laki-laki dan disambut dengan panggilan 'Anak Bawang'. Setelah keluar dari kotak, ia mendapati dirinya berada di sebuah tempat asing dengan hamparan rumput luas dikelilingi tembok-tembok.




Mereka menyebut tempat ini Glade dan penghuninya disebut Gladers. Para gladers mempunyai tugas masing-masing, ada yang sebagai builder, medis, dll. Tak lupa ada yang sebagai Pelari. Ternyata tembok-tembok itu bergerak, Chuck keceplosan menyebut nama tembok itu. Mereka menyebut tembok itu Maze karena bentuknya seperti labirin. Menjadi pelari itu gamudah, mereka harus mengingat jalan yang dimasukinya sehingga dapat keluar dari maze itu sebelum waktunya terlambat. Maze itu menutup pada senja hari. Jika tidak lolos, maka kau harus bermalaman di Maze dengan makhluk yang mengerikan, Griever.

Untuk keluar dari glade tersebut, mereka harus menemukan jalan keluar dari maze tersebut. Sehingga para pelari setiap hari harus keluar masuk dari situ. Akan tetapi, lintasan Maze tersebut berubah setiap harinya sehingga untuk bisa keluar saja rasanya mustahil. 

Hingga keanehan terjadi. Pertama, 1 hari setelah kedatangan Thomas alarm berbunyi dan menandakan bahwa mereka mendapati kiriman anak lagi dan anak tersebut bukan anak laki-laki, melainkan perempuan. Bukankah mereka harusnya mendapatkan anak laki-laki? Bukankah mereka mendapat kiriman anak setiap 1 bulan sekali? 

Kedua, pintu-pintu maze tidak menutup. Harusnya pintu-pintu maze menutup pada senja hari tetapi tidak. Sehingga Griever bisa keluar masuk pada malam hari. Setiap hari 1 anak dibawa pergi oleh Griever, hal tersebut membuat para gladers ketakutan dan hidup tidak tenang. Untuk itu, mereka harus cepat-cepat menemukan jalan keluar dari tempat tersebut. Akankah mereka berhasil? 

Novel setebal 500 lebih halaman bisa kuselesaikan dengan cepat. Dengan alur yang sedang, novel ini menceritakan kehidupan Thomas dan para gladers lainnya dipenuhi dengan petualangan dan teka-teki. Teka-teki inilah yang menyebabkan aku bisa melahap novel ini dengan cepat. Sungguh seru!!

Karakter favoritku itu Newt!! Newt itu selalu seperti voice of reason. Dia mampu memecahkan jalan keluar dari suatu masalah dan ga nyebelin. Chuck juga lucu, dia terkadang bawel. Kebawelannya itu yang menyebabkan Thomas ingin menjaga jarak darinya tapi kelama-lamaan Thomas malah jadi betah didekatnya. 

Satu lagi! Yang unik dari novel ini adalah Thomas dan Teresa bisa telepati. WAW! Hal itu mendorong Thomas untuk memecahkan jalan keluarnya setelah mereka bertelepati karena Teresa bilang Maze itu kode. Loh?? Jadinya gimana??? Baca dong. Buat kalian yang belum nonton filmnya dan buku ini masih ditimbunan, kalian harus menempatkan judul ini di bacaan selanjutnya dan harus baca ini! Suer, novel ini seru, kok. Filmnya juga ga kalah seru, kokkk. Tegangnya kebawa! 

Recommended banget buat yang ngincer bacaan dystopia yang minim romance. Kalian juga gausah khawatir karena novel ini udah di cetak ulang sama mizan dengan cover film. Jangan kecewa!! Cover filmnya gakalah keren, kok kalau dilihat langsung. Aku malah kepengen punya versi ini juga, hihi. 











Rating:
4.5/5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...